teori sastra pada hakikat sastra

Kamis, 12 Desember 2013



Definisi, Konsep, dan Hakikat Sastra
            Istilah sastra yang kita kenal berhubungan dengan institusi,karya sastra, dan ilmu sastra sebenarnya ketiga bidang itu saling berhubungan dengan karya sastra. Ilmu sastra adalah karya sastra dan dalam hubungannya dengan dengan karya sastra seperti: pengarang,pembaca, dan dunia sastra.
            Ilmu sastra menurut Rene Wellek(1976) terbagi ke dalam 3 bidang yaitu:
1.      Teori Sastra adalah bidang ilmu sastra yang membicarakan konsep-konsep, prinsip-peinsip, dan hakikat sastra.
2.      Kritik Sastra membicarakan atau berkenaan langsung dengan kegiatan penelitian, pemgkajian atau telaah pada karya sastra dengan memanfaatkan teori sastra.
3.      Sejarah Sastra membicarakan periodisasi, aliran-aliran sastra, angkatan, dan sejarah lainnya.
Karya sastra  dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karya sastra tulis dan karya sastra lisan. Jenis karya sastra dibedakan ke dalam 3 genre yaitu prosa,puisi, dan drama
Konsep dan Hakikat Sastra
            Pertanyaan klasik tentang apakah sastra itu sebenarnya sudah muncul sejak zaman Plato sekitar tahun 470 an SM. Pada zaman itu,Horatius menjelaskan manfaat sastra yang harus dulce et utile yang berarti indah atau nikmat dan bermanfaat bagi masyarakat. Sifat sastra yang ambigu dan intuitif yang menjadikan objek ilmu sastra yang disebut gejala sastra ini aneh namun, sastra memiliki objek material yaitu bahasa yang kadar kepastiannya dapat di ukur (Faruk, 1987). Bahasa sastra sebenarnya adalah bahasa sehari-hari yang digunakan dalam teks sastra.
            Pendekatan yang sering digunakan untuk memahami gejala sastra adalah pendekatan yang menyamakan sastra dengan tulisan. Kata sastra sebenarnya berasal dari 2 akar kata yaitu sas dan tra. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa sanksekerta. Akar kata sas mempunyai arti mengajar, mengarahkan, dan memberi petunjuk. Kata tra merupakan akhiran yang menunjuk pada alat atau sarana,dapat disimpulkan bahwa Sastra adalah alat atau sarana untuk mengajarkan sesuatu. Istilah sastra dtsebut juga susastra. Su dalam bahasa jawa berarti baik atau indah, jadi istilah susastra adalah alat mengajarkan sesuatu yang baik
Bahasa Sastra
            Lotman (1977) menyimpulkan bahwa sastra adalah peristiwa bahasa. Bahasa yang disebut sastra adalah bahasa khas ( ein sekundares modelbillbildendes system) yaitu system pembentuk model sekunder berdasarkan system primer, sementara bahasa sehari-hari adalah ein primares modellbildendes system  yaitu system pembentuk model primer yang mengikat baik

penulis maupun pembaca. Riffatere (1978) menyebut bahwa sastra adalah sistem tanda atau system komunikasi yang tidak langsung ( istilah Riffatere : ekspresi yang tidak langsung ) Sastra adalah aktivitas bahasa yang membicarakan sesuatu hal yang berarti hal yang lain
            Menurutnya, ketidaklangsungan ekspresi disebabkan oleh tiga hal yaitu
1.      Displacing of meaning merujuk pada penggantian arti. Penggantian arti  adalah prinsip sastra dengan cara memanfaatkan bahasa kias (figurative language)
2.      Distoring of meaning ( pemencongan arti ) dalam bahasa jawa banyak ditemukan pada bentuk-bentuk puisi tradisional parikan
3.      Creating of meaning  ( penciptaan arti) dalam bahasa jawa banyak ditemukan pada bentuk-bentuk sanepa
Sastra Sebagai Sistem Semiotik
            Menurut para ahli semiotik sastra adalah system tanda. Semiotik adalah ilmu tenteng tanda-tanda. Sastra merupakan sistem tanda karena sebenarnyalah alat komunikasi umtuk menyampaikan gagasan-gagasan dari penulis kepada pembaca. Tanda (sign) mempunyai 2 aspek yaitu: penanda (signifer) dan petanda (signified). Petanda adalah aspek bentuk sementara penanda adalah aspek isi (konsep). Pierce membagi tanda ke dalam tiga golongan yaitu
·         ikon adalah Tanda yang memiliki kemiripan hubungan
·         index adalah hubungan penanda dan petanda merupakan hubungan sebab akibat
·         symbol tidak memiliki hubungan secara langsung ataupun sebab akibat. Yang termasuk symbol adalah bahasa.
Teuw menyarankan bahwa untuk memahami satra melalui 3 langkah. Langkah yang pertama adalah konvensi bahasa. Kaidah linguistik digunakan untuk memahami teks sastra,yang ke dua konvensi sastra dan yang terakhir adalah konvensi budaya.
Berbagai Pendekatan dalam Sastra
            Abrams (1981) dalam the mirror and the lamp menyatakan bahwa sastra sebagai sarana komunikasi dapat didekati dari aspek yaitu universe atau semesta.ekspresi, pragmatik, dan objektif tau karya itu sendiri.
Pendekatan semesta ( universe) adalah pendekatan yang menekankan pada segi alam semesta. Dalam pendekatan ini teori-teori yang muncull adalah teori lan watt tentang sastra sebagai cermin masyarakat atau teori Grebstein tentang sastra sebagai dokumentasi budaya.
Pendekatan pragmatik menekankan karya sastra disebut baik jika memiliki fungsi bagi masyarakat. Rintisan pendekatan ini sebenarnya hampir sama tuanya yaitu munculnya tulisan

Horatius yang menyatakan bahwa sastra haruslah dulce et utile ( indah tapi juga menyenangkan atau bermanfaat).
 Pendekatan ekspresif menekankan pada segi pengarang selaku pencipta sastra. Teori-teori yang muncul dalam pendekatan ini terutama didominasi oleh psikologi tokoh.
Pendekatan objektif menekankan segi objeknya yaitu karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Karya sastra adalah peristiwa bahasa yang tidak mendapatkan pengaruh dan memiliki makna yang absolut. 
Pendekatan strukturalisme ini diilhami oleh buku sausure. Teori ini dilengkapi oleh metode hermeneutik atau tafsiran yang dapat digunakan sebagai metode analisis dan pendekatan terhadap karya sastra. Kelemahan strukturalisme yaitu mengasingkan segi sosial dan sejarahnya dilengkapi oleh semiotik strukturalisme yang kita kenal sekarang adalah strukturalisme semiotik pendekatan strukturalisme disebut juga dengan pendekatan objektif.
Selain pendekatan yang sudah diuraikan di atas masih ada 5 pendekatan lainnya yaitu:
1.      Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang menekankan bahwa teks sastra merupakan sistem tanda.
2.      Pendekatan stilistika adalah pendekatan yang menekankan pada aspek bahasa dan juga menekankan pemilihan kalimat dan kata.
3.      Pendekatan sosiologi sastra menekankan pada segi sosial masyarakat. Karya sastra dicipta untuk masyarakat. Pengarang adalah anggota masyarakat, oleh karena itu karya sastra dan masyarakat memiliki hubungan dan hubungan tersebut tidak bersifat ditermuinistik tapi mediasi
4.      Pendekatan psikologi sastra menekankan segi kejiwaan tokoh atau pengarang
5.      Pendekatan estetika memandang karya sastra adalah kreativitas seni. Pendekatan ini sangat tidak berkembang sebagaimana pendekatan historis dan antropologis.
Berbagai-bagai Metode Analisis
Langkah awal dalam memahami teks satra adalah melakukan analisis terhadap teks. Ada beberapa metode analisis yaitu metode Hermeneutik berasal dari filsafat Hermeneutik yang berkembang di jerman oleh Riffatere yang berasal dari kata Hermein yang berarti menafsirkan. Menurut sejarahnya istilah Hermeneia berasal dari kata hermes yang berarti dewa pwnyampai atau penafsir jadi Hermeneutik adalah teknik menafsir teks dari tidak mengerti menjadi mengerti. Teknik ini digunakan untuk menafsir kitab-kitab keagamaan.
       Bahasa menurut  Lorman adalah bahasa tingkat ke dua, sementara bahsa sehari-hari adalah tingkat pertama. Untuk memahami sastra langkah pertama adalah melalui pembacaan heuristik yaitu pembacaan yang didasarkan pada konvensi bahasa .
`     
Langkah ke dua adalah memperoleh makna yeks, dalam memperoleh makna teks harus melanjutkan pada pembacaan hermeneutik. Pembacaan ini didasarkan pada konvensi sastra budaya karena pada dasarnya bahasa sastra bersifat ungrammaticality ( tidak sesuai kaidah ).
Cara kerja metode ini adalah dari elemen atau bagian keseluruhan. Senada dengan cara kerja hermeneutik adalah metode struktural semioti, metode tersebut adalah metode semiotik menggunakan prinsip-prinsip struktural untuk memperoleh analisis semendetail mungkin. Asumsi dasar metode ini adalah bahwa karya sastra merupakan bangun struktur yang masing-masing unsurnya saling kait mengkait.
       Metode dialektik berasal dari filsafat Hegel. Metode ini terdiri dari dua pasang oposisi yaitu sebagian keseluruhan, pemahaman, penjelasan. Cara kerja metode ini adalah kritikus berangkat dari pemahaman teks dengan memperhatikan unsur teks bagian demi bagian ke arah keseluruhan. Setelah keluar dari teks melalui mediasi untuk memahami unsur di luar dan baru dijelaskan hubungan tersebut

0 komentar:

Posting Komentar