Definisi, Konsep, dan Hakikat Sastra
Istilah
sastra yang kita kenal berhubungan dengan institusi,karya sastra, dan ilmu
sastra sebenarnya ketiga bidang itu saling berhubungan dengan karya sastra. Ilmu
sastra adalah karya sastra dan dalam hubungannya dengan dengan karya sastra
seperti: pengarang,pembaca, dan dunia sastra.
Ilmu sastra
menurut Rene Wellek(1976) terbagi ke dalam 3 bidang yaitu:
1.
Teori Sastra adalah bidang ilmu sastra yang
membicarakan konsep-konsep, prinsip-peinsip, dan hakikat sastra.
2.
Kritik Sastra membicarakan atau berkenaan
langsung dengan kegiatan penelitian, pemgkajian atau telaah pada karya sastra
dengan memanfaatkan teori sastra.
3.
Sejarah Sastra membicarakan periodisasi,
aliran-aliran sastra, angkatan, dan sejarah lainnya.
Karya sastra dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karya sastra
tulis dan karya sastra lisan. Jenis karya sastra dibedakan ke dalam 3 genre
yaitu prosa,puisi, dan drama
Konsep dan Hakikat Sastra
Pertanyaan klasik tentang apakah
sastra itu sebenarnya sudah muncul sejak zaman Plato sekitar tahun 470 an SM.
Pada zaman itu,Horatius menjelaskan manfaat sastra yang harus dulce et utile yang berarti indah atau
nikmat dan bermanfaat bagi masyarakat. Sifat sastra yang ambigu dan intuitif
yang menjadikan objek ilmu sastra yang disebut gejala sastra ini aneh namun,
sastra memiliki objek material yaitu bahasa yang kadar kepastiannya dapat di
ukur (Faruk, 1987). Bahasa sastra sebenarnya adalah bahasa sehari-hari yang
digunakan dalam teks sastra.
Pendekatan
yang sering digunakan untuk memahami gejala sastra adalah pendekatan yang menyamakan
sastra dengan tulisan. Kata sastra sebenarnya
berasal dari 2 akar kata yaitu sas
dan tra. Kedua kata tersebut berasal
dari bahasa sanksekerta. Akar kata sas
mempunyai arti mengajar, mengarahkan, dan memberi petunjuk. Kata tra merupakan akhiran yang menunjuk pada
alat atau sarana,dapat disimpulkan bahwa Sastra
adalah alat atau sarana untuk mengajarkan sesuatu. Istilah sastra dtsebut juga
susastra. Su dalam bahasa jawa berarti baik atau indah, jadi istilah susastra
adalah alat mengajarkan sesuatu yang baik
Bahasa Sastra
Lotman
(1977) menyimpulkan bahwa sastra adalah peristiwa bahasa. Bahasa yang disebut
sastra adalah bahasa khas ( ein
sekundares modelbillbildendes system) yaitu system pembentuk model sekunder
berdasarkan system primer, sementara bahasa sehari-hari adalah ein primares modellbildendes system yaitu system pembentuk model primer yang
mengikat baik
penulis maupun pembaca. Riffatere (1978) menyebut bahwa
sastra adalah sistem tanda atau system komunikasi yang tidak langsung ( istilah
Riffatere : ekspresi yang tidak langsung ) Sastra adalah aktivitas bahasa yang
membicarakan sesuatu hal yang berarti hal yang lain
Menurutnya,
ketidaklangsungan ekspresi disebabkan oleh tiga hal yaitu
1.
Displacing
of meaning merujuk pada penggantian arti. Penggantian arti adalah prinsip sastra dengan cara
memanfaatkan bahasa kias (figurative language)
2.
Distoring
of meaning ( pemencongan arti ) dalam bahasa jawa banyak ditemukan pada
bentuk-bentuk puisi tradisional parikan
3.
Creating
of meaning ( penciptaan arti) dalam
bahasa jawa banyak ditemukan pada bentuk-bentuk sanepa
Sastra Sebagai Sistem Semiotik
Menurut
para ahli semiotik sastra adalah system tanda. Semiotik adalah ilmu tenteng
tanda-tanda. Sastra merupakan sistem tanda karena sebenarnyalah alat komunikasi
umtuk menyampaikan gagasan-gagasan dari penulis kepada pembaca. Tanda (sign) mempunyai 2 aspek yaitu: penanda (signifer) dan petanda (signified). Petanda adalah aspek bentuk
sementara penanda adalah aspek isi (konsep). Pierce membagi tanda ke dalam tiga
golongan yaitu
·
ikon adalah Tanda yang memiliki kemiripan
hubungan
·
index adalah hubungan penanda dan petanda merupakan
hubungan sebab akibat
·
symbol tidak memiliki hubungan secara langsung
ataupun sebab akibat. Yang termasuk symbol adalah bahasa.
Teuw menyarankan bahwa untuk
memahami satra melalui 3 langkah. Langkah yang pertama adalah konvensi bahasa.
Kaidah linguistik digunakan untuk memahami teks sastra,yang ke dua konvensi sastra
dan yang terakhir adalah konvensi budaya.
Berbagai Pendekatan dalam Sastra
Abrams (1981) dalam the mirror
and the lamp menyatakan bahwa sastra sebagai sarana komunikasi dapat didekati
dari aspek yaitu universe atau semesta.ekspresi, pragmatik, dan objektif tau
karya itu sendiri.
Pendekatan semesta ( universe)
adalah pendekatan yang menekankan pada segi alam semesta. Dalam pendekatan ini
teori-teori yang muncull adalah teori lan watt tentang sastra sebagai cermin
masyarakat atau teori Grebstein tentang sastra sebagai dokumentasi budaya.
Pendekatan pragmatik menekankan
karya sastra disebut baik jika memiliki fungsi bagi masyarakat. Rintisan
pendekatan ini sebenarnya hampir sama tuanya yaitu munculnya tulisan
Horatius yang menyatakan bahwa sastra haruslah dulce et utile ( indah tapi juga
menyenangkan atau bermanfaat).
Pendekatan ekspresif menekankan pada segi
pengarang selaku pencipta sastra. Teori-teori yang muncul dalam pendekatan ini
terutama didominasi oleh psikologi tokoh.
Pendekatan objektif menekankan segi
objeknya yaitu karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Karya sastra adalah
peristiwa bahasa yang tidak mendapatkan pengaruh dan memiliki makna yang
absolut.
Pendekatan strukturalisme ini
diilhami oleh buku sausure. Teori ini dilengkapi oleh metode hermeneutik atau
tafsiran yang dapat digunakan sebagai metode analisis dan pendekatan terhadap
karya sastra. Kelemahan strukturalisme yaitu mengasingkan segi sosial dan
sejarahnya dilengkapi oleh semiotik strukturalisme yang kita kenal sekarang
adalah strukturalisme semiotik pendekatan strukturalisme disebut juga dengan
pendekatan objektif.
Selain pendekatan yang sudah
diuraikan di atas masih ada 5 pendekatan lainnya yaitu:
1.
Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang
menekankan bahwa teks sastra merupakan sistem tanda.
2.
Pendekatan stilistika adalah pendekatan yang menekankan
pada aspek bahasa dan juga menekankan pemilihan kalimat dan kata.
3.
Pendekatan sosiologi sastra menekankan pada segi
sosial masyarakat. Karya sastra dicipta untuk masyarakat. Pengarang adalah
anggota masyarakat, oleh karena itu karya sastra dan masyarakat memiliki
hubungan dan hubungan tersebut tidak bersifat ditermuinistik tapi mediasi
4.
Pendekatan psikologi sastra menekankan segi
kejiwaan tokoh atau pengarang
5.
Pendekatan estetika memandang karya sastra
adalah kreativitas seni. Pendekatan ini sangat tidak berkembang sebagaimana
pendekatan historis dan antropologis.
Berbagai-bagai Metode Analisis
Langkah awal dalam memahami teks
satra adalah melakukan analisis terhadap teks. Ada beberapa metode analisis
yaitu metode Hermeneutik berasal dari filsafat Hermeneutik yang berkembang di
jerman oleh Riffatere yang berasal dari kata Hermein yang berarti menafsirkan.
Menurut sejarahnya istilah Hermeneia berasal dari kata hermes yang berarti dewa
pwnyampai atau penafsir jadi Hermeneutik adalah teknik menafsir teks dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Teknik ini digunakan untuk menafsir kitab-kitab
keagamaan.
Bahasa
menurut Lorman adalah bahasa tingkat ke
dua, sementara bahsa sehari-hari adalah tingkat pertama. Untuk memahami sastra
langkah pertama adalah melalui pembacaan heuristik yaitu pembacaan yang
didasarkan pada konvensi bahasa .
`
Langkah ke dua adalah memperoleh
makna yeks, dalam memperoleh makna teks harus melanjutkan pada pembacaan
hermeneutik. Pembacaan ini didasarkan pada konvensi sastra budaya karena pada
dasarnya bahasa sastra bersifat ungrammaticality
( tidak sesuai kaidah ).
Cara kerja metode ini adalah dari
elemen atau bagian keseluruhan. Senada dengan cara kerja hermeneutik adalah
metode struktural semioti, metode tersebut adalah metode semiotik menggunakan
prinsip-prinsip struktural untuk memperoleh analisis semendetail mungkin.
Asumsi dasar metode ini adalah bahwa karya sastra merupakan bangun struktur
yang masing-masing unsurnya saling kait mengkait.
Metode
dialektik berasal dari filsafat Hegel. Metode ini terdiri dari dua pasang
oposisi yaitu sebagian keseluruhan, pemahaman, penjelasan. Cara kerja metode
ini adalah kritikus berangkat dari pemahaman teks dengan memperhatikan unsur
teks bagian demi bagian ke arah keseluruhan. Setelah keluar dari teks melalui
mediasi untuk memahami unsur di luar dan baru dijelaskan hubungan tersebut
0 komentar:
Posting Komentar