morfologi lanjut

Selasa, 14 Januari 2014



Tugas Akhir Semester
Morfologi Lanjut Bahasa Jawa

“Verba Polimorfemis”
Oleh
Puspitaningrum RR 2611412006
Sarah Khisniyah 2611412019
Sastra Jawa 2012


Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa  yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang contoh-contoh verba polimorfemis. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Morfologi Lanjut.

            Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya dan dapat menambah ilmu pengetahuan pembacanya tentang verba polimorfemis. Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, tentu memiliki banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran pembaca.

Terima kasih,









                                                                                                                                                                                                                                                                          Penyusun,

DAFTAR ISI


















BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa Jawa merupakan bahasa pertama penduduk jawa yang tinggal di provinsi Jawa Tengah , DIY, Jawa Timur, Banten, Lampung sekitar Medan sebagian Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan daerah-daerah transmigrasi di Indonesia. Bahasa Jawa yang diakronis berkembang dari bahasa Jawa kuna,. Bahasa jawa kuna berkembang dari bahasa jawa kuna verba. Berkembangnya bahasa jawa baru sejak abad 16 dan bersamaan dengan beralihnya kebudayaan Hindu Budha- Jawa ke kebudayaan Islam jawa. Bahasa Jawa kuna dipakai oleh masyarakat Jawa sejak abad pertama masehi samapi dengan abad ke 15. Mulai abad pertama samapi keenam, bahasa jawa kuna hanya dipakai secara lisan. Bahasa Jawa kuna banyak mendapat pengaruh dari kosakata sansekerta mencapai 45% dari keseluruhan kosakata bahasa jawa kuna yang ada. Banyak morfem imbuhan bahasa Jawa yang bentuknya mirip atau bahkan sama dengan bahasa jawa kuna. Fungsi dan artinya pun terkadang sama.

Verba dapat didefinisikan secara semantis ialah jenis atau kategori kata leksikal yang mengandung konsep atau makna perbuatan atau aksi, proses, atau keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Secara sintaksis verba ialah kategori kata gramatikal yang mempunyai ciri sebagai berikut :
(1) verba dapat diingkarkan dengan kata ora “tidak’, tetapi tidak dapat diingkarkan dengan kata dudu “bukan” contoh : dheweke ora turu ‘dia tidak tidur’ , dhewek dudu turu
(2) verba tidak dapat berangkai dengan kata dhewe “sendiri”sebagai makna superlative atau dengan kata paling “paling” jadi tidak ada bentuk  seperti mbanyu dewe, paling mbanyu
(3) verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat didalam kalimat meskipun dapat pula mempunyai fungsi lain contoh : dheweke mlayu ‘dia lari’
(4) verba aksi tidak dapat berangkai dengan kata yang menyatakan makna  ‘kesangatan’ jadi tidak ada bentuk seperti “lunga banget”. “galak banget”
(5) verba aksi dapat diikuti fungsi sintaksis keterangan yang didahului kata karo ‘dengan’ atau kata kanthi ‘dengan’ contoh bocah kuwi nyambut gawe karo guyon (anak itu bekerja sambil bergurau)
(6) verba aksi dapat dijadikan bentuk perintah, sedangkan verba proses dan keadaan tidak. Misalnya sinau ‘belajar’, adus ‘mandi’, tidak ada bentuk ngimpi, lali,













BAB II
PEMBAHASAN

Verba Polimorfemis

Verba polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis yaitu
1.      Proses afiksasi menghasilkan verba berafiks
2.      Proses pengulangan menghasilkan verba ulang
3.      Proses pemajemukan menghasilkan verba majemuk
4.      Proses kombinasi menghasilkan verba kombinasi
Bentuk dasar verba polimorfemis dapat berupa bentuk tunggal, baik bentuk bebas, bentuk terikat, maupun bentuk kompleks. Yang berupa bentuk bebas dapat berkategori verba, adjektiva, nomina, dan numeralia.

1.1                        Verba berafiks
Ada empat macam verba berafiks. Pembedaan ini didasarkan pada macam afiks yang dilekatkan pada bentuk dasar. Macam afiks itu adalah prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks
Proses prefiksasi menghasilkan verba berafiks, proses sufiksasi menghasilkan verba bersufiks, proses infiksasi menghasilokan verba infiks dan proses konfiksasi menghasilkan verba konfiks

1.11                      Verba berprefiks
Verba berprefiks adalah verba yang dibentuk dengan tambahan afiks di depan bentuk dasar. Prefiks pembentuk verba ialah N-, di, di/dipun, tak/dak, kok, k(e), a, ma/me, mer, kuma, dan kapi
Contoh :

Njaluk (jaluk ‘minta’ + N-) ‘meminta’

Takbukak (bukak ‘buka’ + tak-) ‘saya buka’

Ketutup (tutup ‘tutup’ + ke-) ‘tertutup’

Contoh lainnya :

Dijaluk (jaluk “minta” +di-)’diminta’

Dijupuk (jupuk “ambil”+di-) ‘diambil’

Ditutup (tutup ”tutup”+di-) ‘ditutup’

Kesingsut (singsut “terselip”+ke-) ‘terselip’

Dipetuk (petuk “jemput”+di-) ‘dijemput’

Dikumbah (kumbah “mencuci baju” +di-) ‘dicuci’

1.12                      Verba berinfiks
Verba berinfiks ialah verba yang dibentuk dengan menyisipkan infiks pada bentuk dasar. Infiks pembentuk verba ialah –um, dan –in-

Contoh :

Sumingkir (singkir ‘singkir’ + -um-) ‘menyingkir’

Tinulis (tulis ‘tulis’ + -in-) ‘ditulis’

Contoh lainnya :

Sinawang (sawang ‘mandang’+-in-) ‘memandang’

Sinambungan (sambungan ‘sambungan’+-in-) ‘sambungan atau menyambung’

Linampah (lampah ‘jalan’+-in-) ‘mlaku’

Gumluduk (gluduk ‘petir’+-um-) ‘petir’

Tinata (tata ‘tata’+-in-) ‘ditata

Ginawa (gawa ‘bawa’ + -in-) ‘membawa’

Ginawe (gawe ‘buat’+-in-) ‘membuat’

Lumampah (lampah‘jalan’+-um-) ‘berjalan’

Lumaku (laku ‘jalan’+-um-) ‘jalannya’

Gumantung (gantung ‘gantung’+-um-) ‘gantung’

Kumlekar (klekar ‘santai/posisi wenak’+-um-) ‘bersantai’

Gumreget (greget ‘greget’+-um-) ‘greget’

Gumantil (gantil ‘dari bahasa kramanya gantung’+um-) ‘gantung’

Pinaringan (paring ‘memberi’+-in-+-an) ‘memberi atau diberi’

Sumebar (sebar ‘sebar’+-um-) ‘sebar’

Sumawur (sawur ‘sebar’+-um-) ‘sebar’

Binaris (baris ‘baris’+-in-) ‘berbaris’

Sinawer (sawer ‘sawer’+-in-) ‘memberi cuma-cuam’

Sumanding (sanding ‘berjejeran’ + -um-) ‘berjejeran’
      
1.13                      Verba bersufiks
Verba bersufiks ialah verba yang dibentuk dengan menambahkan sufiks pada akhir bentuk dasar. Sufiks pembentuk verba ialah –(a)ke, -(a)ken, -I,-na, -ana, -an, -en, dan –a

Contoh :

Unggah (a) kè (ungguh ‘naik’ + -(a) kè) ‘naikkan’

Macaa (maca ‘membaca’ + -a) ‘membaca’

Contoh lainnya :

Tibakna (tiba ‘jatuh’ + -na) ‘jatuhkan’

Klambine (klambi ‘baju’+-ne) ‘bajunya’

Wedakan (wedak ‘bedak’+-an) ‘memakai bedak’

Suwengan (suweng ‘anting’+-an) ‘memakai anting’

Tutupen (tutup ‘tutup’+-en) ‘tutuplah’

Bukaa (buka ‘buka’+-a) ‘bukalah’

1.14                      Verba berkonfiks
Verba berkonfiks ialah verba yang dibentuk dengan menambahkan konfiks pada bentuk dasar. Konfiks di dalam bahasa jawa ialah N-/-(a)ke, di-/-(a)ke, dipun-/-aken, N-/-I, di-/-I, N-/-ana, di-/-ana, ka-/-an, ka-/-an, ka-/-na, ka-/-ana, -in-/-an, -in/-ake, ka-/-ake, tak/dak-/-(a)ke, tak/dak-/-I, tak/dak-/-(a)ne, kok-/I, mi-/-I, dan kami-/en

Contoh :

Dilungguhi (lungguh ‘duduk’ + di-/-i) ‘diduduki’

Kaparingan (paring ‘beri’ + ka-/-an) ‘diberi’

Migunani (guna ‘guna’ + mi-/-i) ‘berguna’

Contoh lainnya :

Ngomongake (ngomong ‘ngomong’+-ke) ‘’membicarakan orang’

wadulake (wadul ‘mengadu’+-ke) ‘mengadukan’

Nggambarake (gambar ‘gambar’+N/ake) ‘menggambarkan’

Digrayahi (grayah ‘meraba’ di-+-i)  ‘diraba-raba’

Ditepungaken  (tepung ‘kenal’ +  di- + aken) ‘diperkenalkan’


1.2 Verba ulang
Dengan melihat cara pengulangan bentuk dasar, verba ulang dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu (1) verba ulang penuh, (2) verba ulang parsial, (3) verba ulang semu.
Bentuk dasar verba ulang dapat berupa monomorfemis, baik bentuk bebas maupun terikat, atau bentuk polimorfemis.

1.2.1 Verba ulang penuh
1.2.1.1  Verba ulang penuh tanpa perubahan vocal
Contoh :
            Bengok-bengok (bengok ‘berteriak’ + U) ‘berteriak-teriak’
            Mangan-mangan (mangan ‘makan’ + U) ‘makan-makan’
            Mlaku-mlaku (mlaku ‘berjalan’ + U) ‘berjalan-jalan
Contoh lainnya :
            Mlayu-mlayu (mlayu ‘berlari’ +U) ‘berlari-lari’
            Menek-menek (menek ‘memanjat’ + U) ‘memanjat-manjat’
            Munggah-munggah (munggah ‘naik’ + U) ‘naik-naik’
            Mudhun-mudhun (mudhun ‘turun’ + U) ‘turun-turun’
            Madhang-madhang (madhang ‘makan’ + U) ‘makan-makan’
            Badhog-badhog (badhog ‘makan’ + U) ‘makan-makan’
            Lunga-lunga (lunga ‘pergi’ + U) ‘pergi-pergi’
            Masak-masak (masak ‘masak’ + U) ‘masak- masak’
            Angkat-angkat (angkat ‘angkat’ + U) ‘angkat- angkat’
            Uleg-uleg (uleg ‘menghaluskan’ + U) ‘menghaluskan’
            Rajang-rajang ( Rajang ‘memotong’ + U) ‘memotong-motong’
            Jengking-jengking
            Nonton- nonton (nonton ‘menonton’ +U) ‘menonton-nonton’
            Nyawang-nyawang (nyawang ‘melihat’ +U) ‘melihat-lihat’
            Mubeng-mubeng (mubeng ‘berputar’ +U) ‘berputar-putar’
            Munyer-munyer (munyer ‘berputar’ +U) ‘berputar-putar’
            Muter-muter (muter ‘berputar’ +U) ‘berputar-putar’
            Miber-miber (miber ‘terbang’ +U) ‘berterbangan’
            Mabur-mabur (maber ‘terbang’ +U) ‘berterbangan’
            Mlumpat-mlumpat (mlumpat ‘loncat’ +U) ‘berloncatan’
            Kukur-kukur (kukur ‘menggaruk’ +U) ‘menggaruk-garuk’
            Elus-elus (elus ‘meraba’ +U) ‘meraba-raba’
            Ebah-ebah (ebah‘gerak’ +U) ‘bergerak-gerak’
            Obah-obah (ebah‘gerak’ +U) ‘bergerak-gerak’

1.2.2 Verba ulang penuh dengan perubahan vocal
Contoh :
            Ida-idu  (idu ‘meludah’ + Upv)
            ‘Berkali-kali meludah’ (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Mota-mati (mati ‘mati” + Upv) ‘berkali-kali mati’ (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
            Mongan-mèngèn (mangan ‘makan’ + Upv)
            ‘berkali-kali makan (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Contoh lainnya :
Ngguya-ngguyu (ngguyu ‘tertawa” + Upv) ‘berkali-kali tertawa’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Tura-turu (turu‘tidur” + Upv) ‘berkali-kali tidur’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Mongap-mangap (mangap ‘membuka mulut” + Upv) ‘berkali-kali membuka mulut’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Lunggah-lungguh (lungguh‘duduk” + Upv) ‘berkali-kali duduk’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Jupak-jupuk (jupuk’mengambil” + Upv) ‘berkali-kali mengambil’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Junjang-junjung (junjung‘mengangkat” + Upv) ‘berkali-kali mengangkat’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Mulah-muleh (muleh‘pulang” + Upv) ‘berkali-kali pulang’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Gotang-gotong (gotong‘mengangkat” + Upv) ‘berkali-kali mengangkat’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Jogad-joged (joged‘menari” + Upv) ‘berkali-kali menari’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Surang-surung (surung‘mendorong” + Upv) ‘berkali-kali mendorong’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Golak-golek (golek‘mencari” + Upv) ‘berkali-kali mencari’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Delak-delok (delok ‘melihat” + Upv) ‘berkali-kali melihat’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Mocak-macak (macak‘bersolek” + Upv) ‘berkali-kali bersolek’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Megal-megol (megok‘bergerak ke kiri kanan” + Upv) ‘berkali-kali bergerak kiri kanan’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Jedhal-jedhul (jedhul‘muncul’ + Upv) ‘berkali-kali muncul’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Gembal-gembol (gembol‘membawa degan membopong” + Upv) ‘berkali-kali membawa degan membopong’
 (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Bopang-bopong (bopong‘menggendong” + Upv) ‘berkali-kali menggendong’
(dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’

1.2.2 Verba ulang parsial
Verba ulang parsial ialah verba yang terbentuk dari pengulangan sebagian bentuk dasar. Pengulangan parsial ini ada empat macam, yaitu (1) pengulangan konsonan awal bentuk dasar dengan penambahan vocal /ǝ/, (2) pengulangan suku akhir bentuk dengan penanggalan konsonan penutup , (3) Pengulangan bentuk dasar primer atau sekunder, dan (4) pengulangan bentuk dasar semu.
1.2.2.1  Pengulangan konsonan awal bentuk dasar dengan penambahan vocal /ǝ/  :
Contoh :
            Nenangis (nangis ‘menangis” + Up) ‘berucap’
            Njejaluk (njaluk ‘minta’ + Up) ‘meminta-minta’
Reresik (resik ‘bersih’ + Up) ‘membersihkan’
Tetuku (tuku ‘beli’ +Up) ‘membeli’
Contoh lainnya:
            Nyenyuwun (nyuwun ‘minta” + Up) ‘meminta’
            Peparing (paring ‘memberi” + Up) ‘memberikan’
            Sesulih (sulih ‘wakil” + Up) ‘mewakili’
            Pepetan (petan ‘mencari kutu” + Up) ‘mencari kutu’
            Nyenyawang (nyawang‘melihat” + Up) ‘melihat
            Nggegeri (geger ‘ribut” + Up) ‘membuat ribut’
            Petung (itung ‘hitung” + Up) ‘mrnghitung’
            Nyekel (cekel‘pegang” + Up) ‘memegang
            Nenembang (nembang‘yanyi” + Up) ‘bernyanyi’
            Lelungan (lunga‘pergi” + Up) ‘berpergian’
            Tetangisan (nangis ‘menangis” + Up) ‘menangis-nangis
            Ndedulang  (dulang‘suap” + Up) ‘menyuapi’
            Mbebedhak (bedhak ‘bedak” + Up) ‘membedaki’
            Ngreronce (ronce ‘rangkai” + Up) ‘merangkai’
            Sesinglon (singlon ‘umpat” + Up) ‘mengumpat’
            Sesanti (santi‘minta + Up) ‘meminta’
            Memuji (puji ‘puji” + Up) ‘memuji’
            Mbebuwang (buwang ‘buang” + Up) ‘membuang’
            Wewadul (wadul ‘adu” + Up) ‘mengadu’
            Wewarah (warah ‘ajar” + Up) ‘mengajari’
            Nyenyandhing (sandhing ‘jejer” + Up) ‘berdampingan’
            Sesenggukan (sengguk ‘nangis” + Up) ‘menangis’
            Tetulung (tulung ‘tolong” + Up) ‘menolong’
Sesendhon (sendhon  ‘nyanyi’  + Up) ‘menyanyi’
Sesukan (suka ‘senang” + Up) ‘membuat senang’
Sengkuyung (kuyung ‘bersama-sama melakukan sesuatu” + Up) ‘bergotong-royong’
Sesambat (sambat ‘keluh” + Up) ‘mengeluh’
Tetumbas (tumbas ‘beli” + Up) ‘membeli’
Peprentah (prentah ‘suruh ” + Up) ‘memerintahkan’
Sesembah (sembah ‘sembah” + Up) ‘menyembah’
Ngembret (kembret ‘kerja” + Up) ‘bekerja’
Nyenyenggak (senggak ‘sindir” + Up) ‘menyindir’
Nggeguyu (guyu ‘tawa” + Up) ‘menertawai
Nylameti (slamet ‘selamat” + Up) ‘menyelamati’
Memetri (petri ‘rawat” + Up) ‘merawat’
Meling (weling ‘larangan” + Up) ‘melarang(nasehat)’
Cecawis (cawis ‘sedia” + Up) ‘menyediakan’
Cecawuk (cawuk ‘ambil’ +Up) ‘mengambil dengan tangan’
Ndedawa (dawa ‘panjang’ +Up) ‘memperpanjang’
Njejarak (jarak ‘ledek’ +Up) ‘meledek’
Nyenyengklak (cengklak ‘lompat’ +Up) ‘melompat naik ke punggung kuda’
           
1.2.2.2 Pengulangan suku akhir bentuk dengan penanggalan konsonan penutup suku:
            Contoh :
Ceculuk (celuk ‘panggil’ + Up) ‘berucap’
            Cengèngès (cengès ‘tertawa’ + Up) ‘tertawa sinis’
Dengèngèk ( dèngèk ‘melihat agak ke atas’ +Up) ‘melihat ke atas dengan agak mendongakkan kepala’
Contoh lainnya :
            Dememek (demek ‘pegang’ + Up) ‘memegang’
            Njewewek (njewek ‘cemberut hampir menangis’ + Up) ‘cemberut hampir menangis’
            Ndengangak  (dangak  ‘melihat ke atas’ + Up) ‘menengadahkan kepala ke atas’
            Njekengkeng (njekeng ‘kaku’ + Up) ‘membuat kaku’
            Ngecengceng (ngeceng ‘kaku’ + Up) ‘membuat kaku’
           
1.2.2.3. Pengulangan bentuk dasar primer atau sekunder :
            Contoh :
Dipidak-pidak (dipidak ‘diinjak’ +Up) ‘berucap’
            Kesandhung-sandhung (kesandung ‘terantuk’ +Up)  ‘terantuk-antuk’
            Nulis-nulisi (nulisi ‘menulisi’ +Up) ‘menulis-nulisi’
            Njaluk-njalukakè (njalukakè ‘memintakan’ +Up) ‘meminta-mintakan’
Contoh lainnya :
            Methil-methili (methili ‘membuat patah’ +Up) ‘membuat patah’’
            Nggambar-nggambari (nggambari ‘menggambari’ +Up) ‘menggambar-gambari’
            Nyoret-nyoreti (nyoreti ‘mencoreti’ +Up) ‘mencoret-coreti’
            Njarak-njaraki (njaraki ‘meledeki’ +Up) ‘meledek-ledeki’
            Nyuwun-nyuwunaken (nyuwunaken  ‘memintakan’ +Up) ‘meminta-mintakan’
            Nulung-nulungi (nulungi ‘menolongi’ +Up) ‘menolong-nolongi’
            Kesempar-sempar (kesempar ‘tertendang’ +Up) ‘tertendang-tendang’
            Nggoroh-nggorohi (nggorohi ‘membohongi’ +Up) ‘membohong-bohongi’
            Nglombon-nglomboni (nglomboni ‘membohongi’ +Up) ‘membohong-bohongi’
            Nata-natani (natani ‘menatani’ +Up) ‘menata-natani’
            Ketula-tula (ketula ‘sengasara’ +Up) ‘selalu sengsara’
            Ngapus-ngapusi (ngapusi ‘membohongi’ +Up) ‘membohong-bohongi’
            Ngerah-ngerahi (ngerah ‘memetiki’ +Up) ‘memetik-metiki’
            Kejungkel-jungkel (kejungkel ‘terjatuh (kepalanya dulu)’ +Up) ‘terjatuh-jatuh’
            Kejengkang-jengkang (kejengkang ‘terjatuh (terlentang)’ +Up) ‘terjatuh-jatuh’
            Kesasar-sasar (kesasar ‘tersesat’ +Up) ‘tersesat-sesat’
            Kepati-pati (kepati ‘terikat’ +Up) ‘terikat-ikat’
            Ditekuk-tekuk (ditekuk ‘dilipat’ +Up) ‘dilipat-lipat’
            Dientho-entho
            Dironce-ronce (dironce ‘dirangkai’  +Up) ‘dirangkai-rangkai’
            Ngubeng-ngubengi (ngubengi ‘mengitari’  +Up) ‘mengitar-ngitari’
            Munyer-munyeri (munyerii ‘mengitari’  +Up) ‘mengitar-ngitari’
            Ndelik-ndelikake (ndelikake  ‘menyembunyikan’  +Up) ‘menyembu-nyembunyikan’
            Ngobong-ngobongi (ngobongi ‘membakari’  +Up) ‘membakar-bakari’
            Nyapon-nyaponi (nyaponi  ‘menyapuni’  +Up) ‘menyapu-nyapuni’
            Nggumoh-nggumohi (nggumohi ‘memuntahkan’  +Up) ‘memuntah-muntahkan’
            Nendang-nendangi (nendangi  ‘menendangi’  +Up) ‘menendang-nendangi’

            Nembung-nembungi (nembung ‘menendangi’  +Up) ‘menendang-nendangi’
            Nyeluk-nyeluki (nyeluki ‘memanggili’ +Up) ‘memanggil-manggili’
            Meden-medeni (medeni ‘menakuti’ +Up) ‘menakut-nakuti’
            Ngenten-ngenteni (ngenteni ‘menunggui’ +Up) ‘menunggu-nunggui’
            Diuleg-uleg (diuleg ‘dihaluskan’ +Up) ‘dihalus-haluskan’
            Njupuk-njupuki (njupuki ‘mengambili’ +Up) ‘mengambil-ngambili’
            Mbabat-mbabati (mbabati ‘menebang’ +Up) ‘menebang-nebangi’
            Makan-makani (makani ‘memakani’ +Up) ‘memakan-makani’
            Nandur-nanduri (nanduri ‘menanami’ +Up) ‘menanam-nanami’
            Ngoncek-ngonceki (ngonceki ‘mengupasi’ +Up) ‘mengupas-ngupasi’
            Mbubut-mbubuti (mbubuti  ‘mencabuti’ +Up) ‘mencabut-cabuti’
            Njebol-njeboli (njeboli  ‘mencabuti’ +Up) ‘mencabut-cabuti’
            Mbisik-mbisiki  (mbisiki  ‘membisiki’ +Up) ‘membisik-mbisiki’
            Nugel-nugeli (nugeli  ‘mematahkan’ +Up) ‘mematah-matahkan’
            Merang-merangake (merangake ‘memerangkan’ +Up) ‘memerang-merangkan’
            Kesurung-surung (kesurung ‘terdorong’ +Up) ‘terdorong-dorong’
            Dirajang-rajang (dirajang ‘dipotong’ +Up) ‘dipotong-potong’
            Diudhek-udhek (diudheg ‘diaduk’ +Up) ‘diaduk-aduk
            Menek-meneki (meneki ‘memanjati’ +Up) ‘memanjat-manjati’
            Mbener-mbenerake (mbenerake ‘membenarkan’ +Up) ‘membenar-mbenarkan’
            Nyalah-nyalahake (nyalahake ‘menyalahkan’ +Up) ‘menyalah-nyalahkan’
            Nyilek-nyilekake (nyilekake ‘mengecilkan’ +Up) ‘mengecil-ngecilkan’
            Nggedhek-nggedhekake (nggedhekake ‘membesarkan’ +Up) ‘membesar-besarkan
            Narung-narungake (narungake ‘menarungkan’ +Up) ‘menarung-narungkan’
            Mindah-mindahake (mindahake ‘memindahkan’ +Up) ‘memindah-mindahkan’
            Ngukur-ngukuri (ngukuri ‘menggaruki’ +Up) ‘menggaruk-garuki’
            Njiwit-njiwiti (njiwiti ‘mencubiti’ +Up) ‘mencubit-cubiti’
            Natak-natakake  (natakake ‘menatakan’ +Up) ‘menata-natakan’
            Ngelok-ngelokake (ngelokake ‘mengejek’ +Up) ‘mengejek-ngejek’

1.2.2. 4.   Pengulangan bentuk dasar semu :
            Disiya-siya ‘disia-siakan’
            Dikuya-kuya ‘dikejar-kejar disuruh pergi’
Disuba-suba ‘sangat dihomati’
Ngambra-ambra ‘bertele-tele’
Ngiming-iming ‘memamerkan sesuatu dengan tujuan orang lain tertarik’
            Contoh lainnya :
            Dianti-anti ‘dinanti-anti’
            Diwanti-wanti ‘diberikan amanat’

            1.2.3 Verba ulang semu
Verba ulang semu ialah verba ulang yang bentuk dasarnya tidak jelas.
1.2.3.1 Verba ulang semu tanpa perubahan vokal:
            Èthok-èthok ‘berpura-pura’
            kethip-kethip ‘berkedip-kedip’
            ura-ura ‘menembang relating keras untuk menghibur diri’
contoh lainnya :
Muring-muring
            Kedhep-kedhep ‘berkedip-kedip’
            Umbah-umbah ‘mencuci’
Entho-entho
Memba-memba ‘menyerupai’
Adu-adu
Rasan-rasan ‘membicarakan orang lain’
Ongak-ongak ‘melihat-lihat’
Ote-ote ‘tidak memekai baju (bagian atas)
Edel-edel ‘berperilaku tidak tegas’
Cawe-cawe ‘tangan digerakkan ke atas (memanggil)’

1.2.3.2. Verba ulang semu dengan perubahan bunyi :
            Contoh :
            Gembar-gembor ‘berteriek-teriak’
            Gèla-gèlo ‘menggerakkan kepala ke kanan dan kekiri’
            Klècam-klècem ‘tersenyum-senyum’ 
            Contoh lainnya :
            Orat-arit ‘membuat berantakan’
            Obrak-abrik ‘membuat berantakan’
            Embak-embek ‘bersuara seperti kambing’
            Ledha-ledhe ‘berperilaku tidak tegas’
            Ita-itu ‘bersikap semena-mena’
            Unak-unuk ‘berjalan pelan-pelan’
            Udal-udul ‘berperilaku senonoh (tidak punya tata krama)’
            Glenak-glenik ‘membicarakan pelan-pelan’
            Ingah-ingih ‘senyum-senyum tidak jelas’
            Manda-mundu ‘jadi tapi seolah-olah tidak jadi atau bersikap tidak jelas’
            Eglak-eglek ‘menggerakkan kepala’
            Engglang-enggleng ‘menggerakkan kepala’
            Unal-unul ‘berjalan kesana-kemari’
            Eglah-egleh ‘menggerakkan kepala’
            Thinak-thinik ‘berjalan pelan-pelan’
            Ubyak-ubyuk ‘membuat gerombolan kesana-kemari’
            Grudak-gruduk ‘bergerombol kesana-kemari’
            Lenggat-lenggut ‘duduk santai’
            Senggrak-senggruk ‘bersuara dari hidung’
            Sentrap-sentrup ‘bersuara dari hidung saat sedang flu’
1.3 Verba majemuk
Berdasarkan unsur pembentuknya, verba majenukdapat dikelompokkan menjadi Sembilan kelompok yaitu (1) morfem pangkal plus morfem pangkal (2) morfem pangkal plus morfem asal (3) morfem asal plus morfem pangkal (4) morfem asal plus morfem asal (5) morfem asal plus morfem kompleks (6) morfem asal plus morfem unik (7) morfem kompleks plus morfem asal (8) morfem kompleks plus morfem kompleks (9) morfem kompleks plus morfem unik.

1.3.1 Morfem pangkal plus morfem pangkal

Contoh :

Candhak cekhel (candhak ‘pegang’ + chekel ‘pegang’)
‘mengambil barang orang yang tidak dapat melunasi hutangnya

Contoh lainnya :
            Madang mangan (madang ‘mangan’+ mangan ‘mangan’)
            Ngelak ngorong (ngelak ‘haus’ + ngorong ‘haus’)
            Luwe ngeleh (luwe ‘lapar’ + ngeleh ‘lapar’)

1.3.2 Morfem pangkal plus morfem asal
Contoh :

Saur manuk (saur ‘jawab’ + manuk ‘burung’) ‘menjawab bersamaan tetapi tidak beraturan’

Contoh lainnya :
            Guyub rukun (guyub ‘rukun’ + rukun ‘rukun’) ‘rukun sekali atau rukun banget’
            Gotong royong (gotong ‘gotong’ + royong ‘royong’) ‘saling membantu’
            Kanca raket (kanca ‘teman’ + raket ‘dekat ‘) ‘teman dekat’

1.3.3 Morfem asal plus morfem pangkal
Contoh :

Utang silih (utang ‘hutang’ + silih ‘minjam’) ‘pinjam meminjam’

Contoh lainnya :

Duwe gawe (duwe ‘punya’ + gawe ‘pekerjaan’) ‘mempunyai pekerjaan’ tetapi dalam bahasa jawa dimaksudkan punya hajat.

Nyambut gawe (nyambut ‘minjam’ + gawe ‘pekerjaan’) ‘bekerja’

1.3.4 Morfem asal plus morfem asal
Contoh :

Mara tamu (mara ‘datang’ + tamu ‘tamu’) ‘bertamu’

Contoh lainnya :

Gawe ala (gawe ‘kerja’ +ala ‘jelek’) ‘berbuat jelek’

1.3.5 Morfem asal plus morfem kompleks 

Gilir gumanti (gilir ‘gilir’ + gumanti ‘berganti’) ‘silih berganti’

1.3.6 Morfem asal plus morfem unik
Contoh :

Turu pules (turu ‘tidur’ + pules ‘nyenyak, lelap’) ‘tidur lelap’

Contoh lainnya :

Tangi jenggirat (tangi ‘bangun’ + jenggirat ‘kaget’) ‘bangun dengan keadaan kaget’

Turu nglekar (turu ‘tidur’ + nglekar ‘posisi enak’) ‘tidur dengan posisi enak’

Cilik cekli (cilik ‘kecil’ + cekli ‘sangat kecil’) ‘sangat kecil’

1.3.7 Morfem kompleks plus morfem asal
 Contoh :

Mundur isin (mundur ‘mundur’ + isin ‘malu’) ‘pantang mundur’

Contoh lainnya :

Mangun karsa (mangun ‘bangun’+ karsa ‘dampingi’) ‘membangun untuk mendampingi’

1.3.8 Morfem kompleks plus morfem kompleks
Contoh :

Nyuwun ngampil (nyuwun ‘meminta’ + ngampil ‘meminjam’) ‘meminjam’

Contoh lainnya :

Nyuwun tulung (nyuwun ‘minta’ + tulung ‘bantu’) ‘meminta bantuan’

Mbendara ratu (mbendara ‘penguasa’ + ratu ‘ratu’) ‘pemimpin’

1.3.9 Morfem kompleks plus morfem unik

Nangis ngglolo (nangis ‘nangis’ + ngglolo ‘keras sekali’) ‘menangis keras sekali’

Contoh lainnya :

Guyu cekakaan (guyu ‘tertawa’ + cekakaan ‘sangat keras) ‘tertawa sangat keras’

1.4 Verba kombinasi
Berdasarkan proses pembentukkannya  , verba kombinasi dapat dibedakan menjadi 2 macam (1) kombinasi antara afiksasi dan pengulangan dan (2) kombinasi antara afiksasi dan pemajemukan.
1.4.1  Kombinasi antara afiksasi dan pengulangan
Contoh :
            Antem-anteman (antem ‘hantam’ +U-/-an) ‘saling menghantam’
            Jejiwitan (jiwit ‘cubit’ + Up-/-an) ‘saling mencubit’
            Ngarep-arep ( arep ‘harap’ + N-/-U) ‘mengharap-harapkan’
            Contoh lainnya :
Jejegukan (jeguk ‘mendorong kepala menggunakan tangan’ + Up-/-an) ‘saling mendorong’
            Tetangisan (tangis ‘tangis’ + Up-/-an) ‘saling menangis’
            Geguyonan (guyon ‘bercanda’ + Up-/-an) ‘saling bercanda’
            Jejeritan (jerit ‘berteriak’ + Up-/-an) ‘saling berteriak’
            Gegojegan (gojeg ‘bercanda’ + Up-/-an) ‘saling bercanda’
            Pepetungan (petung ‘berdiskusi’ + Up-/-an) ‘saling berdiskusi’
            Adhep-adhepan (adhep ‘berhadapan’ +U-/-an) ‘saling berhadapan’
            Omben-ombenan (omben ‘minum’ +U-/-an) ‘saling minum’
            Dodol-dodolan (dodol ‘menjual’ +U-/-an) ‘saling menjual’
            Gelud-geludan (gelud ‘berkelahi’ +U-/-an) ‘saling berkelahi’
            Perang-perangan (perang ‘permainan perang’ +U-/-an) ‘bermain perang-perangan’
            Kucing-kucingan (kucingan ‘permainan’ +U-/-an) ‘bermain kucing-kucingan’
            Ngawe-awe (awe ‘memanggil dengan tangan’ + N-/-U) ‘memanggil-manggil’
            Celuk-celukan (celuk ‘memanggil’ +U-/-an) ‘saling memanggil’
            Weneh-wenehan (weneh‘memberi’ +U-/-an) ‘saling memberi’
            Penthung-penthungan (penthung ‘memukul’ +U-/-an) ‘saling memukul ’
            Pendel-pendelan (pendel ‘memukul’ +U-/-an) ‘saling memukul ’
            Balang-balangan (balang ‘melempar’ +U-/-an) ‘saling melempar’
Bandhem-bandheman (bandhem ‘melempar’ +U-/-an) ‘saling melempar’
            Thuthuk-thuthukan (thuthuk ‘memukul’ +U-/-an) ‘saling memukul’
1.4.2 Verba kombinasi antara afiksasi dan pemajemukan.
Contoh :
            Nyambut gawè (sambut ‘terima’ + gawe ‘pekerjaan’ + N-) ‘bekerja’
            Ngruda peksa ( ruda ‘paksa’ + peksa ‘paksa’ + N-) ‘memaksa’
Nyaru wuwus ( saru ‘tidak layak’ + wuwus ‘bicara’ + N-)
‘menyela pembicaraan tanpa permisi’
Contoh lainnya :
Tapa brata ( tapa’semedi’ + brata ‘kebaikan’)
‘bersemedi untuk kebaikan’

0 komentar:

Posting Komentar