Tugas Akhir Semester
Morfologi Lanjut Bahasa Jawa
“Verba Polimorfemis”
Oleh
Puspitaningrum RR 2611412006
Sarah Khisniyah 2611412019
Sastra Jawa 2012
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapakan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini berisi tentang contoh-contoh verba polimorfemis.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Morfologi Lanjut.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya dan dapat menambah ilmu pengetahuan pembacanya tentang verba polimorfemis. Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, tentu memiliki banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran pembaca.
Terima kasih,
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Jawa merupakan bahasa pertama
penduduk jawa yang tinggal di provinsi Jawa Tengah , DIY, Jawa Timur, Banten,
Lampung sekitar Medan sebagian Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan
daerah-daerah transmigrasi di Indonesia. Bahasa Jawa yang diakronis berkembang
dari bahasa Jawa kuna,. Bahasa jawa kuna berkembang dari bahasa jawa kuna
verba. Berkembangnya bahasa jawa baru sejak abad 16 dan bersamaan dengan
beralihnya kebudayaan Hindu Budha- Jawa ke kebudayaan Islam jawa. Bahasa Jawa
kuna dipakai oleh masyarakat Jawa sejak abad pertama masehi samapi dengan abad
ke 15. Mulai abad pertama samapi keenam, bahasa jawa kuna hanya dipakai secara
lisan. Bahasa Jawa kuna banyak mendapat pengaruh dari kosakata sansekerta
mencapai 45% dari keseluruhan kosakata bahasa jawa kuna yang ada. Banyak morfem
imbuhan bahasa Jawa yang bentuknya mirip atau bahkan sama dengan bahasa jawa
kuna. Fungsi dan artinya pun terkadang sama.
Verba dapat didefinisikan secara semantis ialah jenis atau kategori
kata leksikal yang mengandung konsep atau makna perbuatan atau aksi, proses,
atau keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Secara sintaksis verba
ialah kategori kata gramatikal yang mempunyai ciri sebagai berikut :
(1) verba dapat diingkarkan dengan kata ora “tidak’, tetapi tidak
dapat diingkarkan dengan kata dudu “bukan” contoh : dheweke ora turu ‘dia tidak
tidur’ , dhewek dudu turu
(2) verba tidak dapat berangkai dengan kata dhewe “sendiri”sebagai
makna superlative atau dengan kata paling “paling” jadi tidak ada bentuk seperti mbanyu dewe, paling mbanyu
(3) verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat
didalam kalimat meskipun dapat pula mempunyai fungsi lain contoh : dheweke
mlayu ‘dia lari’
(4) verba aksi tidak dapat berangkai dengan kata yang
menyatakan makna ‘kesangatan’ jadi tidak
ada bentuk seperti “lunga banget”. “galak banget”
(5)
verba aksi dapat diikuti fungsi sintaksis keterangan yang didahului kata karo ‘dengan’ atau kata kanthi ‘dengan’ contoh bocah kuwi
nyambut gawe karo guyon (anak itu bekerja sambil bergurau)
(6)
verba aksi dapat dijadikan bentuk perintah, sedangkan verba proses dan keadaan
tidak. Misalnya sinau ‘belajar’, adus ‘mandi’, tidak ada bentuk ngimpi, lali,
BAB II
PEMBAHASAN
Verba Polimorfemis
Verba polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis yaitu
1.
Proses afiksasi
menghasilkan verba berafiks
2.
Proses
pengulangan menghasilkan verba ulang
3.
Proses
pemajemukan menghasilkan verba majemuk
4.
Proses
kombinasi menghasilkan verba kombinasi
Bentuk dasar verba polimorfemis dapat berupa bentuk tunggal, baik
bentuk bebas, bentuk terikat, maupun bentuk kompleks. Yang berupa bentuk bebas
dapat berkategori verba, adjektiva, nomina, dan numeralia.
1.1
Verba berafiks
Ada empat macam verba berafiks. Pembedaan ini didasarkan pada macam
afiks yang dilekatkan pada bentuk dasar. Macam afiks itu adalah prefiks,
sufiks, infiks, dan konfiks
Proses prefiksasi menghasilkan verba berafiks, proses sufiksasi
menghasilkan verba bersufiks, proses infiksasi menghasilokan verba infiks dan
proses konfiksasi menghasilkan verba konfiks
1.11
Verba
berprefiks
Verba
berprefiks adalah verba yang dibentuk dengan tambahan afiks di depan bentuk
dasar. Prefiks pembentuk verba ialah N-, di, di/dipun, tak/dak, kok, k(e), a,
ma/me, mer, kuma, dan kapi
Contoh
:
Njaluk
(jaluk ‘minta’ + N-) ‘meminta’
Takbukak
(bukak ‘buka’ + tak-) ‘saya buka’
Ketutup
(tutup ‘tutup’ + ke-) ‘tertutup’
Contoh
lainnya :
Dijaluk (jaluk “minta” +di-)’diminta’
Dijupuk (jupuk “ambil”+di-) ‘diambil’
Ditutup (tutup ”tutup”+di-) ‘ditutup’
Kesingsut (singsut “terselip”+ke-) ‘terselip’
Dipetuk (petuk “jemput”+di-) ‘dijemput’
Dikumbah (kumbah “mencuci baju” +di-) ‘dicuci’
1.12
Verba berinfiks
Verba
berinfiks ialah verba yang dibentuk dengan menyisipkan infiks pada bentuk
dasar. Infiks pembentuk verba ialah –um, dan –in-
Contoh
:
Sumingkir
(singkir ‘singkir’ + -um-) ‘menyingkir’
Tinulis
(tulis ‘tulis’ + -in-) ‘ditulis’
Contoh
lainnya :
Sinawang
(sawang ‘mandang’+-in-) ‘memandang’
Sinambungan
(sambungan ‘sambungan’+-in-) ‘sambungan atau menyambung’
Linampah
(lampah ‘jalan’+-in-) ‘mlaku’
Gumluduk
(gluduk ‘petir’+-um-) ‘petir’
Tinata
(tata ‘tata’+-in-) ‘ditata
Ginawa
(gawa ‘bawa’ + -in-) ‘membawa’
Ginawe
(gawe ‘buat’+-in-) ‘membuat’
Lumampah
(lampah‘jalan’+-um-) ‘berjalan’
Lumaku
(laku ‘jalan’+-um-) ‘jalannya’
Gumantung
(gantung ‘gantung’+-um-) ‘gantung’
Kumlekar
(klekar ‘santai/posisi wenak’+-um-) ‘bersantai’
Gumreget
(greget ‘greget’+-um-) ‘greget’
Gumantil
(gantil ‘dari bahasa kramanya gantung’+um-) ‘gantung’
Pinaringan
(paring ‘memberi’+-in-+-an) ‘memberi atau diberi’
Sumebar
(sebar ‘sebar’+-um-) ‘sebar’
Sumawur
(sawur ‘sebar’+-um-) ‘sebar’
Binaris
(baris ‘baris’+-in-) ‘berbaris’
Sinawer
(sawer ‘sawer’+-in-) ‘memberi cuma-cuam’
Sumanding
(sanding ‘berjejeran’ + -um-) ‘berjejeran’
1.13
Verba bersufiks
Verba
bersufiks ialah verba yang dibentuk dengan menambahkan sufiks pada akhir bentuk
dasar. Sufiks pembentuk verba ialah –(a)ke, -(a)ken, -I,-na, -ana, -an, -en,
dan –a
Contoh
:
Unggah
(a) kè (ungguh ‘naik’ + -(a) kè) ‘naikkan’
Macaa
(maca ‘membaca’ + -a) ‘membaca’
Contoh
lainnya :
Tibakna
(tiba ‘jatuh’ + -na) ‘jatuhkan’
Klambine
(klambi ‘baju’+-ne) ‘bajunya’
Wedakan
(wedak ‘bedak’+-an) ‘memakai bedak’
Suwengan
(suweng ‘anting’+-an) ‘memakai anting’
Tutupen
(tutup ‘tutup’+-en) ‘tutuplah’
Bukaa
(buka ‘buka’+-a) ‘bukalah’
1.14
Verba
berkonfiks
Verba
berkonfiks ialah verba yang dibentuk dengan menambahkan konfiks pada bentuk
dasar. Konfiks di dalam bahasa jawa ialah N-/-(a)ke, di-/-(a)ke, dipun-/-aken,
N-/-I, di-/-I, N-/-ana, di-/-ana, ka-/-an, ka-/-an, ka-/-na, ka-/-ana,
-in-/-an, -in/-ake, ka-/-ake, tak/dak-/-(a)ke, tak/dak-/-I, tak/dak-/-(a)ne,
kok-/I, mi-/-I, dan kami-/en
Contoh
:
Dilungguhi
(lungguh ‘duduk’ + di-/-i) ‘diduduki’
Kaparingan
(paring ‘beri’ + ka-/-an) ‘diberi’
Migunani
(guna ‘guna’ + mi-/-i) ‘berguna’
Contoh
lainnya :
Ngomongake (ngomong ‘ngomong’+-ke) ‘’membicarakan orang’
wadulake (wadul ‘mengadu’+-ke) ‘mengadukan’
Nggambarake (gambar ‘gambar’+N/ake) ‘menggambarkan’
Digrayahi (grayah ‘meraba’ di-+-i)
‘diraba-raba’
Ditepungaken (tepung ‘kenal’
+ di- + aken) ‘diperkenalkan’
1.2 Verba ulang
Dengan melihat cara pengulangan bentuk dasar, verba ulang dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu (1) verba ulang penuh, (2) verba ulang
parsial, (3) verba ulang semu.
Bentuk dasar verba ulang dapat berupa monomorfemis, baik bentuk
bebas maupun terikat, atau bentuk polimorfemis.
1.2.1 Verba ulang penuh
1.2.1.1 Verba ulang penuh
tanpa perubahan vocal
Contoh :
Bengok-bengok
(bengok ‘berteriak’ + U) ‘berteriak-teriak’
Mangan-mangan
(mangan ‘makan’ + U) ‘makan-makan’
Mlaku-mlaku (mlaku
‘berjalan’ + U) ‘berjalan-jalan
Contoh lainnya :
Mlayu-mlayu (mlayu
‘berlari’ +U) ‘berlari-lari’
Menek-menek (menek
‘memanjat’ + U) ‘memanjat-manjat’
Munggah-munggah
(munggah ‘naik’ + U) ‘naik-naik’
Mudhun-mudhun
(mudhun ‘turun’ + U) ‘turun-turun’
Madhang-madhang
(madhang ‘makan’ + U) ‘makan-makan’
Badhog-badhog
(badhog ‘makan’ + U) ‘makan-makan’
Lunga-lunga (lunga
‘pergi’ + U) ‘pergi-pergi’
Masak-masak (masak
‘masak’ + U) ‘masak- masak’
Angkat-angkat
(angkat ‘angkat’ + U) ‘angkat- angkat’
Uleg-uleg (uleg
‘menghaluskan’ + U) ‘menghaluskan’
Rajang-rajang (
Rajang ‘memotong’ + U) ‘memotong-motong’
Jengking-jengking
Nonton- nonton
(nonton ‘menonton’ +U) ‘menonton-nonton’
Nyawang-nyawang
(nyawang ‘melihat’ +U) ‘melihat-lihat’
Mubeng-mubeng
(mubeng ‘berputar’ +U) ‘berputar-putar’
Munyer-munyer (munyer
‘berputar’ +U) ‘berputar-putar’
Muter-muter (muter
‘berputar’ +U) ‘berputar-putar’
Miber-miber (miber
‘terbang’ +U) ‘berterbangan’
Mabur-mabur (maber
‘terbang’ +U) ‘berterbangan’
Mlumpat-mlumpat
(mlumpat ‘loncat’ +U) ‘berloncatan’
Kukur-kukur (kukur
‘menggaruk’ +U) ‘menggaruk-garuk’
Elus-elus (elus
‘meraba’ +U) ‘meraba-raba’
Ebah-ebah
(ebah‘gerak’ +U) ‘bergerak-gerak’
Obah-obah
(ebah‘gerak’ +U) ‘bergerak-gerak’
1.2.2 Verba ulang penuh dengan perubahan vocal
Contoh :
Ida-idu (idu ‘meludah’ + Upv)
‘Berkali-kali
meludah’ (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Mota-mati (mati ‘mati” + Upv) ‘berkali-kali mati’ (dengan selang
waktu antar tindakan relative panjang)’
Mongan-mèngèn
(mangan ‘makan’ + Upv)
‘berkali-kali
makan (dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
Contoh lainnya :
Ngguya-ngguyu (ngguyu ‘tertawa” + Upv) ‘berkali-kali tertawa’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Tura-turu (turu‘tidur” + Upv) ‘berkali-kali tidur’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Mongap-mangap (mangap ‘membuka mulut” + Upv) ‘berkali-kali membuka
mulut’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Lunggah-lungguh (lungguh‘duduk” + Upv) ‘berkali-kali duduk’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Jupak-jupuk (jupuk’mengambil” + Upv) ‘berkali-kali mengambil’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Junjang-junjung (junjung‘mengangkat” + Upv) ‘berkali-kali
mengangkat’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Mulah-muleh (muleh‘pulang” + Upv) ‘berkali-kali pulang’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Gotang-gotong (gotong‘mengangkat” + Upv) ‘berkali-kali mengangkat’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Jogad-joged (joged‘menari” + Upv) ‘berkali-kali menari’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Surang-surung (surung‘mendorong” + Upv) ‘berkali-kali mendorong’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Golak-golek (golek‘mencari” + Upv) ‘berkali-kali mencari’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Delak-delok (delok ‘melihat” + Upv) ‘berkali-kali melihat’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Mocak-macak (macak‘bersolek” + Upv) ‘berkali-kali bersolek’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Megal-megol (megok‘bergerak ke kiri kanan” + Upv) ‘berkali-kali
bergerak kiri kanan’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Jedhal-jedhul (jedhul‘muncul’ + Upv) ‘berkali-kali muncul’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Gembal-gembol (gembol‘membawa degan membopong” + Upv) ‘berkali-kali
membawa degan membopong’
(dengan selang waktu antar
tindakan relative panjang)’
Bopang-bopong (bopong‘menggendong” + Upv) ‘berkali-kali
menggendong’
(dengan selang waktu antar tindakan relative panjang)’
1.2.2 Verba ulang parsial
Verba ulang parsial ialah verba yang terbentuk dari pengulangan
sebagian bentuk dasar. Pengulangan parsial ini ada empat macam, yaitu (1)
pengulangan konsonan awal bentuk dasar dengan penambahan vocal /ǝ/, (2)
pengulangan suku akhir bentuk dengan penanggalan konsonan penutup , (3)
Pengulangan bentuk dasar primer atau sekunder, dan (4) pengulangan bentuk dasar
semu.
1.2.2.1 Pengulangan konsonan
awal bentuk dasar dengan penambahan vocal /ǝ/ :
Contoh :
Nenangis (nangis
‘menangis” + Up) ‘berucap’
Njejaluk (njaluk
‘minta’ + Up) ‘meminta-minta’
Reresik (resik ‘bersih’ + Up) ‘membersihkan’
Tetuku (tuku ‘beli’ +Up) ‘membeli’
Contoh lainnya:
Nyenyuwun (nyuwun
‘minta” + Up) ‘meminta’
Peparing (paring
‘memberi” + Up) ‘memberikan’
Sesulih (sulih
‘wakil” + Up) ‘mewakili’
Pepetan (petan
‘mencari kutu” + Up) ‘mencari kutu’
Nyenyawang
(nyawang‘melihat” + Up) ‘melihat
Nggegeri (geger
‘ribut” + Up) ‘membuat ribut’
Petung (itung
‘hitung” + Up) ‘mrnghitung’
Nyekel
(cekel‘pegang” + Up) ‘memegang
Nenembang
(nembang‘yanyi” + Up) ‘bernyanyi’
Lelungan
(lunga‘pergi” + Up) ‘berpergian’
Tetangisan (nangis
‘menangis” + Up) ‘menangis-nangis
Ndedulang (dulang‘suap” + Up) ‘menyuapi’
Mbebedhak (bedhak
‘bedak” + Up) ‘membedaki’
Ngreronce (ronce
‘rangkai” + Up) ‘merangkai’
Sesinglon (singlon
‘umpat” + Up) ‘mengumpat’
Sesanti
(santi‘minta + Up) ‘meminta’
Memuji (puji
‘puji” + Up) ‘memuji’
Mbebuwang (buwang
‘buang” + Up) ‘membuang’
Wewadul (wadul
‘adu” + Up) ‘mengadu’
Wewarah (warah
‘ajar” + Up) ‘mengajari’
Nyenyandhing
(sandhing ‘jejer” + Up) ‘berdampingan’
Sesenggukan
(sengguk ‘nangis” + Up) ‘menangis’
Tetulung (tulung
‘tolong” + Up) ‘menolong’
Sesendhon (sendhon
‘nyanyi’ + Up) ‘menyanyi’
Sesukan (suka ‘senang” + Up) ‘membuat senang’
Sengkuyung (kuyung ‘bersama-sama melakukan sesuatu” + Up)
‘bergotong-royong’
Sesambat (sambat ‘keluh” + Up) ‘mengeluh’
Tetumbas (tumbas ‘beli” + Up) ‘membeli’
Peprentah (prentah ‘suruh ” + Up) ‘memerintahkan’
Sesembah (sembah ‘sembah” + Up) ‘menyembah’
Ngembret (kembret ‘kerja” + Up) ‘bekerja’
Nyenyenggak (senggak ‘sindir” + Up) ‘menyindir’
Nggeguyu (guyu ‘tawa” + Up) ‘menertawai
Nylameti (slamet ‘selamat” + Up) ‘menyelamati’
Memetri (petri ‘rawat” + Up) ‘merawat’
Meling (weling ‘larangan” + Up) ‘melarang(nasehat)’
Cecawis (cawis ‘sedia” + Up) ‘menyediakan’
Cecawuk (cawuk ‘ambil’ +Up) ‘mengambil dengan tangan’
Ndedawa (dawa ‘panjang’ +Up) ‘memperpanjang’
Njejarak (jarak ‘ledek’ +Up) ‘meledek’
Nyenyengklak (cengklak ‘lompat’ +Up) ‘melompat naik ke punggung
kuda’
1.2.2.2 Pengulangan suku akhir bentuk dengan penanggalan konsonan
penutup suku:
Contoh :
Ceculuk (celuk ‘panggil’ + Up) ‘berucap’
Cengèngès (cengès
‘tertawa’ + Up) ‘tertawa sinis’
Dengèngèk ( dèngèk ‘melihat agak ke atas’ +Up) ‘melihat ke atas
dengan agak mendongakkan kepala’
Contoh lainnya :
Dememek (demek
‘pegang’ + Up) ‘memegang’
Njewewek (njewek
‘cemberut hampir menangis’ + Up) ‘cemberut hampir menangis’
Ndengangak (dangak
‘melihat ke atas’ + Up) ‘menengadahkan kepala ke atas’
Njekengkeng
(njekeng ‘kaku’ + Up) ‘membuat kaku’
Ngecengceng (ngeceng
‘kaku’ + Up) ‘membuat kaku’
1.2.2.3. Pengulangan bentuk dasar primer atau sekunder :
Contoh :
Dipidak-pidak (dipidak ‘diinjak’ +Up) ‘berucap’
Kesandhung-sandhung
(kesandung ‘terantuk’ +Up)
‘terantuk-antuk’
Nulis-nulisi
(nulisi ‘menulisi’ +Up) ‘menulis-nulisi’
Njaluk-njalukakè
(njalukakè ‘memintakan’ +Up) ‘meminta-mintakan’
Contoh lainnya :
Methil-methili
(methili ‘membuat patah’ +Up) ‘membuat patah’’
Nggambar-nggambari
(nggambari ‘menggambari’ +Up) ‘menggambar-gambari’
Nyoret-nyoreti (nyoreti
‘mencoreti’ +Up) ‘mencoret-coreti’
Njarak-njaraki
(njaraki ‘meledeki’ +Up) ‘meledek-ledeki’
Nyuwun-nyuwunaken
(nyuwunaken ‘memintakan’ +Up)
‘meminta-mintakan’
Nulung-nulungi
(nulungi ‘menolongi’ +Up) ‘menolong-nolongi’
Kesempar-sempar
(kesempar ‘tertendang’ +Up) ‘tertendang-tendang’
Nggoroh-nggorohi
(nggorohi ‘membohongi’ +Up) ‘membohong-bohongi’
Nglombon-nglomboni
(nglomboni ‘membohongi’ +Up) ‘membohong-bohongi’
Nata-natani
(natani ‘menatani’ +Up) ‘menata-natani’
Ketula-tula
(ketula ‘sengasara’ +Up) ‘selalu sengsara’
Ngapus-ngapusi
(ngapusi ‘membohongi’ +Up) ‘membohong-bohongi’
Ngerah-ngerahi
(ngerah ‘memetiki’ +Up) ‘memetik-metiki’
Kejungkel-jungkel
(kejungkel ‘terjatuh (kepalanya dulu)’ +Up) ‘terjatuh-jatuh’
Kejengkang-jengkang
(kejengkang ‘terjatuh (terlentang)’ +Up) ‘terjatuh-jatuh’
Kesasar-sasar
(kesasar ‘tersesat’ +Up) ‘tersesat-sesat’
Kepati-pati
(kepati ‘terikat’ +Up) ‘terikat-ikat’
Ditekuk-tekuk
(ditekuk ‘dilipat’ +Up) ‘dilipat-lipat’
Dientho-entho
Dironce-ronce
(dironce ‘dirangkai’ +Up)
‘dirangkai-rangkai’
Ngubeng-ngubengi
(ngubengi ‘mengitari’ +Up)
‘mengitar-ngitari’
Munyer-munyeri
(munyerii ‘mengitari’ +Up)
‘mengitar-ngitari’
Ndelik-ndelikake
(ndelikake ‘menyembunyikan’ +Up) ‘menyembu-nyembunyikan’
Ngobong-ngobongi
(ngobongi ‘membakari’ +Up)
‘membakar-bakari’
Nyapon-nyaponi
(nyaponi ‘menyapuni’ +Up) ‘menyapu-nyapuni’
Nggumoh-nggumohi
(nggumohi ‘memuntahkan’ +Up)
‘memuntah-muntahkan’
Nendang-nendangi
(nendangi ‘menendangi’ +Up) ‘menendang-nendangi’
Nembung-nembungi
(nembung ‘menendangi’ +Up)
‘menendang-nendangi’
Nyeluk-nyeluki
(nyeluki ‘memanggili’ +Up) ‘memanggil-manggili’
Meden-medeni
(medeni ‘menakuti’ +Up) ‘menakut-nakuti’
Ngenten-ngenteni
(ngenteni ‘menunggui’ +Up) ‘menunggu-nunggui’
Diuleg-uleg
(diuleg ‘dihaluskan’ +Up) ‘dihalus-haluskan’
Njupuk-njupuki
(njupuki ‘mengambili’ +Up) ‘mengambil-ngambili’
Mbabat-mbabati
(mbabati ‘menebang’ +Up) ‘menebang-nebangi’
Makan-makani
(makani ‘memakani’ +Up) ‘memakan-makani’
Nandur-nanduri (nanduri
‘menanami’ +Up) ‘menanam-nanami’
Ngoncek-ngonceki
(ngonceki ‘mengupasi’ +Up) ‘mengupas-ngupasi’
Mbubut-mbubuti
(mbubuti ‘mencabuti’ +Up)
‘mencabut-cabuti’
Njebol-njeboli
(njeboli ‘mencabuti’ +Up)
‘mencabut-cabuti’
Mbisik-mbisiki (mbisiki
‘membisiki’ +Up) ‘membisik-mbisiki’
Nugel-nugeli
(nugeli ‘mematahkan’ +Up)
‘mematah-matahkan’
Merang-merangake
(merangake ‘memerangkan’ +Up) ‘memerang-merangkan’
Kesurung-surung
(kesurung ‘terdorong’ +Up) ‘terdorong-dorong’
Dirajang-rajang
(dirajang ‘dipotong’ +Up) ‘dipotong-potong’
Diudhek-udhek
(diudheg ‘diaduk’ +Up) ‘diaduk-aduk
Menek-meneki
(meneki ‘memanjati’ +Up) ‘memanjat-manjati’
Mbener-mbenerake
(mbenerake ‘membenarkan’ +Up) ‘membenar-mbenarkan’
Nyalah-nyalahake
(nyalahake ‘menyalahkan’ +Up) ‘menyalah-nyalahkan’
Nyilek-nyilekake
(nyilekake ‘mengecilkan’ +Up) ‘mengecil-ngecilkan’
Nggedhek-nggedhekake
(nggedhekake ‘membesarkan’ +Up) ‘membesar-besarkan
Narung-narungake
(narungake ‘menarungkan’ +Up) ‘menarung-narungkan’
Mindah-mindahake
(mindahake ‘memindahkan’ +Up) ‘memindah-mindahkan’
Ngukur-ngukuri
(ngukuri ‘menggaruki’ +Up) ‘menggaruk-garuki’
Njiwit-njiwiti
(njiwiti ‘mencubiti’ +Up) ‘mencubit-cubiti’
Natak-natakake (natakake ‘menatakan’ +Up) ‘menata-natakan’
Ngelok-ngelokake
(ngelokake ‘mengejek’ +Up) ‘mengejek-ngejek’
1.2.2. 4. Pengulangan
bentuk dasar semu :
Disiya-siya
‘disia-siakan’
Dikuya-kuya
‘dikejar-kejar disuruh pergi’
Disuba-suba ‘sangat dihomati’
Ngambra-ambra ‘bertele-tele’
Ngiming-iming ‘memamerkan sesuatu dengan tujuan orang lain
tertarik’
Contoh lainnya :
Dianti-anti
‘dinanti-anti’
Diwanti-wanti
‘diberikan amanat’
1.2.3 Verba ulang semu
Verba ulang semu ialah verba ulang yang bentuk dasarnya tidak
jelas.
1.2.3.1 Verba ulang semu tanpa perubahan vokal:
Èthok-èthok
‘berpura-pura’
kethip-kethip
‘berkedip-kedip’
ura-ura ‘menembang
relating keras untuk menghibur diri’
contoh lainnya :
Muring-muring
Kedhep-kedhep
‘berkedip-kedip’
Umbah-umbah
‘mencuci’
Entho-entho
Memba-memba ‘menyerupai’
Adu-adu
Rasan-rasan ‘membicarakan orang lain’
Ongak-ongak ‘melihat-lihat’
Ote-ote ‘tidak memekai baju (bagian atas)
Edel-edel ‘berperilaku tidak tegas’
Cawe-cawe ‘tangan digerakkan ke atas (memanggil)’
1.2.3.2. Verba ulang semu dengan perubahan bunyi :
Contoh :
Gembar-gembor
‘berteriek-teriak’
Gèla-gèlo
‘menggerakkan kepala ke kanan dan kekiri’
Klècam-klècem
‘tersenyum-senyum’
Contoh lainnya :
Orat-arit ‘membuat
berantakan’
Obrak-abrik
‘membuat berantakan’
Embak-embek
‘bersuara seperti kambing’
Ledha-ledhe
‘berperilaku tidak tegas’
Ita-itu ‘bersikap
semena-mena’
Unak-unuk
‘berjalan pelan-pelan’
Udal-udul
‘berperilaku senonoh (tidak punya tata krama)’
Glenak-glenik
‘membicarakan pelan-pelan’
Ingah-ingih
‘senyum-senyum tidak jelas’
Manda-mundu ‘jadi
tapi seolah-olah tidak jadi atau bersikap tidak jelas’
Eglak-eglek ‘menggerakkan
kepala’
Engglang-enggleng
‘menggerakkan kepala’
Unal-unul
‘berjalan kesana-kemari’
Eglah-egleh
‘menggerakkan kepala’
Thinak-thinik
‘berjalan pelan-pelan’
Ubyak-ubyuk
‘membuat gerombolan kesana-kemari’
Grudak-gruduk
‘bergerombol kesana-kemari’
Lenggat-lenggut
‘duduk santai’
Senggrak-senggruk
‘bersuara dari hidung’
Sentrap-sentrup
‘bersuara dari hidung saat sedang flu’
1.3 Verba majemuk
Berdasarkan unsur pembentuknya, verba majenukdapat dikelompokkan
menjadi Sembilan kelompok yaitu (1) morfem pangkal plus morfem pangkal (2)
morfem pangkal plus morfem asal (3) morfem asal plus morfem pangkal (4) morfem
asal plus morfem asal (5) morfem asal plus morfem kompleks (6) morfem asal plus
morfem unik (7) morfem kompleks plus morfem asal (8) morfem kompleks plus
morfem kompleks (9) morfem kompleks plus morfem unik.
1.3.1 Morfem pangkal plus morfem pangkal
Contoh :
Candhak cekhel (candhak ‘pegang’ + chekel ‘pegang’)
‘mengambil barang orang yang tidak dapat melunasi hutangnya
Contoh lainnya :
Madang mangan
(madang ‘mangan’+ mangan ‘mangan’)
Ngelak ngorong
(ngelak ‘haus’ + ngorong ‘haus’)
Luwe ngeleh (luwe
‘lapar’ + ngeleh ‘lapar’)
1.3.2 Morfem pangkal plus morfem asal
Contoh :
Saur manuk (saur ‘jawab’ + manuk ‘burung’) ‘menjawab bersamaan
tetapi tidak beraturan’
Contoh lainnya :
Guyub rukun (guyub
‘rukun’ + rukun ‘rukun’) ‘rukun sekali atau rukun banget’
Gotong royong (gotong
‘gotong’ + royong ‘royong’) ‘saling membantu’
Kanca raket (kanca
‘teman’ + raket ‘dekat ‘) ‘teman dekat’
1.3.3 Morfem asal plus morfem pangkal
Contoh :
Utang silih (utang ‘hutang’ + silih ‘minjam’) ‘pinjam meminjam’
Contoh lainnya :
Duwe gawe (duwe ‘punya’ + gawe ‘pekerjaan’) ‘mempunyai pekerjaan’
tetapi dalam bahasa jawa dimaksudkan punya hajat.
Nyambut gawe (nyambut ‘minjam’ + gawe ‘pekerjaan’) ‘bekerja’
1.3.4 Morfem asal plus morfem asal
Contoh :
Mara tamu (mara ‘datang’ + tamu ‘tamu’) ‘bertamu’
Contoh lainnya :
Gawe ala (gawe ‘kerja’ +ala ‘jelek’) ‘berbuat jelek’
1.3.5 Morfem asal plus morfem kompleks
Gilir gumanti (gilir ‘gilir’ + gumanti ‘berganti’) ‘silih berganti’
1.3.6 Morfem asal plus morfem unik
Contoh :
Turu pules (turu ‘tidur’ + pules ‘nyenyak, lelap’) ‘tidur lelap’
Contoh lainnya :
Tangi jenggirat (tangi ‘bangun’ + jenggirat ‘kaget’) ‘bangun dengan
keadaan kaget’
Turu nglekar (turu ‘tidur’ + nglekar ‘posisi enak’) ‘tidur dengan
posisi enak’
Cilik cekli (cilik ‘kecil’ + cekli ‘sangat kecil’) ‘sangat kecil’
1.3.7 Morfem kompleks plus morfem asal
Contoh :
Mundur isin (mundur ‘mundur’ + isin ‘malu’) ‘pantang mundur’
Contoh lainnya :
Mangun karsa (mangun ‘bangun’+ karsa ‘dampingi’) ‘membangun untuk
mendampingi’
1.3.8 Morfem
kompleks plus morfem kompleks
Contoh :
Nyuwun ngampil (nyuwun ‘meminta’ + ngampil ‘meminjam’) ‘meminjam’
Contoh lainnya :
Nyuwun tulung (nyuwun ‘minta’ + tulung ‘bantu’) ‘meminta bantuan’
Mbendara ratu (mbendara ‘penguasa’ + ratu ‘ratu’) ‘pemimpin’
1.3.9 Morfem kompleks plus morfem unik
Nangis ngglolo (nangis ‘nangis’ + ngglolo ‘keras sekali’) ‘menangis
keras sekali’
Contoh lainnya :
Guyu cekakaan (guyu ‘tertawa’ + cekakaan ‘sangat keras) ‘tertawa
sangat keras’
1.4 Verba kombinasi
Berdasarkan proses pembentukkannya
, verba kombinasi dapat dibedakan menjadi 2 macam (1) kombinasi antara
afiksasi dan pengulangan dan (2) kombinasi antara afiksasi dan pemajemukan.
1.4.1 Kombinasi antara
afiksasi dan pengulangan
Contoh :
Antem-anteman
(antem ‘hantam’ +U-/-an) ‘saling menghantam’
Jejiwitan (jiwit
‘cubit’ + Up-/-an) ‘saling mencubit’
Ngarep-arep ( arep
‘harap’ + N-/-U) ‘mengharap-harapkan’
Contoh lainnya :
Jejegukan (jeguk ‘mendorong kepala menggunakan tangan’ + Up-/-an)
‘saling mendorong’
Tetangisan (tangis
‘tangis’ + Up-/-an) ‘saling menangis’
Geguyonan (guyon
‘bercanda’ + Up-/-an) ‘saling bercanda’
Jejeritan (jerit
‘berteriak’ + Up-/-an) ‘saling berteriak’
Gegojegan (gojeg ‘bercanda’
+ Up-/-an) ‘saling bercanda’
Pepetungan (petung
‘berdiskusi’ + Up-/-an) ‘saling berdiskusi’
Adhep-adhepan (adhep
‘berhadapan’ +U-/-an) ‘saling berhadapan’
Omben-ombenan (omben
‘minum’ +U-/-an) ‘saling minum’
Dodol-dodolan (dodol
‘menjual’ +U-/-an) ‘saling menjual’
Gelud-geludan (gelud
‘berkelahi’ +U-/-an) ‘saling berkelahi’
Perang-perangan (perang
‘permainan perang’ +U-/-an) ‘bermain perang-perangan’
Kucing-kucingan (kucingan
‘permainan’ +U-/-an) ‘bermain kucing-kucingan’
Ngawe-awe (awe
‘memanggil dengan tangan’ + N-/-U) ‘memanggil-manggil’
Celuk-celukan (celuk
‘memanggil’ +U-/-an) ‘saling memanggil’
Weneh-wenehan (weneh‘memberi’
+U-/-an) ‘saling memberi’
Penthung-penthungan
(penthung ‘memukul’ +U-/-an) ‘saling memukul ’
Pendel-pendelan
(pendel ‘memukul’ +U-/-an) ‘saling memukul ’
Balang-balangan
(balang ‘melempar’ +U-/-an) ‘saling melempar’
Bandhem-bandheman (bandhem ‘melempar’ +U-/-an) ‘saling melempar’
Thuthuk-thuthukan
(thuthuk ‘memukul’ +U-/-an) ‘saling memukul’
1.4.2 Verba kombinasi antara afiksasi dan pemajemukan.
Contoh :
Nyambut gawè
(sambut ‘terima’ + gawe ‘pekerjaan’ + N-) ‘bekerja’
Ngruda peksa (
ruda ‘paksa’ + peksa ‘paksa’ + N-) ‘memaksa’
Nyaru wuwus ( saru ‘tidak layak’ + wuwus ‘bicara’ + N-)
‘menyela pembicaraan tanpa permisi’
Contoh lainnya :
Tapa brata ( tapa’semedi’ + brata ‘kebaikan’)
‘bersemedi untuk kebaikan’
0 komentar:
Posting Komentar