BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Latar Belakang
Jika kita membicarakan tentang
politik budaya jawa pastilah sangat membingungkan karena politik budaya jawa
sangatlah beragam dan aneh atau tidak jelas, akan tetapi ada sesuatau hal yang
dapat dijadikan titik tolak untuk membicarakan politik budaya jawa. Yaitu
dengan adanya pola budaya yang dominan yang berasal dari kelompok etnis jawa
itu sendiri.
Masyarakat jawa dalam hal
kekuasaan sangatlah kuat terutama dalam kekuatan politik. Sebagaimana contohnya
adalah kekuatan politik Tradsisional Hamengkubuwana yang sampai sekarang masih
dipegang oleh keturunan dari Hamengkubuwana sebelumnya.
Kekuasaan jawa memang bersifat
abstrak atau tidak jelas. seringkali politik budaya jawa diidentikkan dengan
lingkungan di sekitar kraton seperti kraton di Yogyakarta dan Solo, namun
kenyataannya banyak jenis politik dalam budaya jawa salah satunya adalah
politik yang partisipan yang merupakan politik yang bisa dikatakan merakyat
bisa dilakukan oleh semua kalangan masyarakat.
Namun disini kita akan membahas
tentang budaya politik yang partisipan (aktif)
Tujuan
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yaitu
a.
Dapat mengetahui apa itu politik budaya jawa
b.
Mengetahui macam-macam politik budaya jawa yang ada di
masyarakat
c.
Mengetahui bagaimana politik budaya jawa dilaksanakan di
masyarakaT
Landasan Teori
Landasan Teori
Dalam
pemahaman tentang politik budaya jawa
Pemahaman
tentang perangkat desa yang bernama ulu-ulu mengambil refrensi dari internet.
Pembahasan
1.1 Pengertian
Budaya politik atau politik
budaya jawa merupakan pola berperilaku masyarakat dalam kehidupan bernegara,
politik pemerintahan, hukum, adat istiadat dan norma kebiasaan yang dihayati
dan dilakukan oleh masyarakat.
Budaya politik juda dapat
diartikan sebagai sistem nilai bersama suatu masyarakat yang meiliki kesadaran
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif.
Budaya politik terbagi menjadi
tiga yaitu
1.
Budaya politik parokial
Budaya ini merupakan budaya yang acuh atau budaya yang
tingkat partisipasinya sangat rendah
Ciri-ciri budaya politik parokial
a.
Acuh
b.
Tidak peduli dan tertarik terhadap kehidupan politik
c.
Pengetahuan politik rendah
d.
Lingkupnya kecil dan sempit
e.
Warga negara tidak terlalu berharap dengan sistem politik
f.
Tidak ada peranan politik secara khusus
g.
Kesadaran masyarakat akan adanya pusat kewenangan dalam
masyarakat sangat rendah
h.
Anggota masyarakat tidak menaruh minat terhadap objek politik
yang luas
Contoh pada budaya politik
parokial adalah budaya pada suku pedalaman, dimana mereka tidak begitu mengenali
pemimpin negara mereka dan tidak ikut serta dalam pemilu
2.
Budaya
politik kaula atau subjek
Budaya politikdimana masyarakat yang bersangkutan
sudah lebih maju baik sosial maupun ekonominya, namun masih saja bersifat
pasif.
Ciri-ciri
a.
Memiliki pengetahuan dalam bidang politik yang cukup
b.
Partisipasi politik minim
c.
Kesadaran berpolitik rendah
d.
Kehidupan ekonomi warga negara sudah baik
e.
Tingkat pendidikan relatif maju
f.
Masyarakat menyadari otoritas pemerintah sepenuhnya
g.
Warga negara cukup puas untuk menerima apa yang berasal dari
pemerintah
Contoh adalah
masyarakat jawa kraton di yogyakarta
3.
Budaya
Politik Partisipan
Merupakan budaya politik yang memiliki kesadaran politik
yang sangat tinggi dan masyarakatnya memberikan opini dan aktif dalam kegiatan politik. Dalam
budaya jawa politik partisipan dapat diartikan bahwa masyarakatnya aktif dalam
kegiatan politik dan salah satu keluarga dari anggota masyarakatnya memiliki
keturunan pernah menjabat sebagai
anggota politik di desa yang bersangkutan
Ciri-ciri
:
a. Pengetahuan tentang politik tinggi
b. Kesadaran berpolitik tinggi
Kontrol politik
aktif
c. Warga negara memiliki kepekaan terhadap masalah atau
isu-isu mengenai kehidupan politik
d. Warga mampu menilai terhadap masalah atau isu politik
e. Warga menyadari adanya kewenangan atau kekuasaan
pemerintah
f.
Warga memiliki
kesadaran akan peran, hak, dan kewajiban, dan tanggung jawabnya
g. Warga mampu dan berani memberikan masukan, gagasan,
tuntutan, kritik terhadap pemerintah
h. Warga memiliki kesadaran untuk taat pada peraturan dan
kebijakan yang dikeluarkan tanpa perasaan tertekan
Contoh keaktifan masyarakat dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan politik sepeti pemilu
Menurut
kami politik budaya jawa termasuk dalam kategori budaya politik partisipan
(aktif) karena pengetahuan anggota masyarakat tentang politik sanagt tinggi dan
dapat berperan dalam kegiatan politik tersebut misalnya pemilu (pemilihan
umum). Pemilu yang dilaksanakan oleh masyarakat tidak hanya pemilu dalam
pemilihan presiden, gubernur, ataupun yang lainnya. Dalam masyarakat jawa
kebanyakan mereka dalam berkehidupan atau di tempat tinggalnya terdapat
pemilihan perangkat desa misalnya pemilihan lurah, bayan, ulu-ulu dan yang
lainnya.
1.12
Ulu-ulu (perangkat desa)
Disini
kami akan membahas tentang perangkat desa yang namanya ulu-ulu. Menurut kami
itu juga merupakan budaya politik yang dimana anggota masyarakatnya ikut
berperan dalam bidang politik. Ulu-ulu disini merupakan perangkat desa yang
mempunyai tugas dalam hal perairan atau yang mengurusi perairan di desa.
Masalah pengairan merupakan masalah penting dari setiap kebudayaan dan
organisasi sosial. Di dalam komunitas masyarakat pedesaan pertanian Sumber Daya
Air tidak hanya penting untuk kebutuhan sehari-hari, namun juga untuk kegiatan
ekonomi produktif mereka. Jadi peran seorang ulu-ulu sangatlah penting dalam
masyarakat pedesaan biasanya, kedudukan ulu-ulu diberikan kepada seseorang
berdasakan keturunan, sifat ini menunjukkan atau menggambarkan suatu Politik
Budaya Jawa.
Seorang
Ulu-ulu mampu dioptimalkan perannya menjadi ujung tombak dalam hal pencegahan
dan penyelamatan lingkungan khususnya Sumber Daya Air dengan melakukan
penghematan, pencegahan, pengaturan-pengaturan teknis dan menerjemahkan aturan
perundangan (maupun adat) langsung kepada anggota masyarakat, tetapi apakah
benar seorang ulu-ulu masih memiliki otoritas untuk mengemban tugas mulia itu
saat ini karena sekarang banyak di beberapa daerah yang tidak mengenal atau
tidak memiliki perangkat desa yang namanya ulu-ulu.
Ulu-ulu
dulunya ditunjuk oleh pejabat yang berwenang, namun sekarang ada beberapa
tempat Ulu-ulu dipilih oleh warga masyarakat atau berdasarkan keturunan seperti
di daerah Semarang. Dorongan ekonomi dan moral seringkali berbenturan di
lapangan seorang Ulu-ulu yang sudah berumur 20 tahun menjalani profesinya hanya
mendapatkan sumber pendapatan dari petani di desanya ketika panen. Besar
kompensasi sekitar 10-20kg beras/ 100 bata luas tanah untuk hasil panen dari
sawah. Untuk petani ikan Ulu-ulu mendapatkan kompensasi sebesar Rp
10.000-20.000/ panen ikan. Pemberian tersebut sebenarnya merupakan jasa balas
budi dalam konsep jejaring tradisional pemberian tersebut dapat diartikan bukan
kekuatan hukum yang mengikat petani dan Ulu-ulu, melainkan rasa kewajiban dan
nilai-nilai yang telah disepakati secara kolektif.
Persoalan
yang sering terjadi adalah kecmeburuan petani sawah di hilir sungai yang tidak
kebagian air, sebab posisi kolam petani ikan berada di hulu yang tempatnya
lebih tinggi atau sama dengan petani sawah. Salah satu upaya untuk
menyelesaikan persoalan seperti itu adalah dengan menenguk kembali status dan peran seorang Ulu-ulu . ketika
pemerintah ‘’hanya’’ memposisikan Ulu-ulu sekedar operator teknis ke petak-petak
sawah petani tidak melekatkan peran
menjadi ujung tombak penyelamatan dan pengelola Sumber Daya Air yang adil, maka
kemungkinan seorang ulu-ulu untuk terbeli oleh kaum pemodal menjadi lebih
tinggi.
Mengganti
seorang Ulu-ulu memanglah langkah yang mudah namun itu hanya dalam jangka yang pendek,
siapapun yang menjadi seorang ulu-ulu tidak akan berhasil mendistribusikan air
secara adil jika kehormatan dan kesejahteraan peran sebagai ulu-ulu dijaga
secara kolektiff
BAB III
Kesimpulan
Jika menganalisis
sutau politik dalam budaya jawa itu sangatlah tidak jelas karena banyak budaya
jawa mempunyai politik budaya jawa yang berbeda-beda dan banyak orang ketika
melihat sisi politik dalam budaya jawa selalu mengidentikan dengan hal yang
berada di Kraton, padahal tidak hanya dalam kraton saja yang dapat
menggambarkan suatu politik dalam budaya jawa banyak macam politik yang
berkaitan dengan budaya jawa, misalnya seperti pembahasan yang di atas mengenai
perangkat desa yang bernama Ulu-ulu out juga termasuk sebuah politik dalam budaya
jawa karena politik dalam budaya jawa dapat diartikan dengan dimana
masyarakatnya dapat berperan aktif dalam hal politik juga adanya keturunan
dimana salah satu anggota keluarganya pernah menjadi salah satu perangkat desa
di desa tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar